Jangan Tegar Hati Taatlah Pada Janji Allah

Renungan Hari Jumat, 28 Februari 2025
Sir.6:5-17; Mrk.10:1-12

Salah satu karakter yang ditunjukkan oleh orang-orang Farisi adalah menganggap diri bersih, tak berdosa dan mengkritik dan menilai Yesus secara negative. Kisah Injil hari ini menampilkan sebuah pertanyaan dari orang farisi tentang perceraian, “Apakah seorang suami diperbolehkan menceraikan isterinya. Berhadapan dengan pertanyaan ini, Yesus tidak langsung memberikan jawaban. Ia malah mengajukan pertanyaan balik kepada mereka? “Apa perintah Musa kepada kamu?” Pertanyaan Yesus ini bertujuan untuk menyadarkan mereka akan inti ajaran dasar Allah tentang keutuhan hukum perkawinan. “Musa memberi izin untuk menceraikannya dengan membuat surat cerai, justru karena ketegaran hatimulah. Namun yang sesungguhnya adalah “Sebab pada awal dunia, Allah menjadikan mereka laki-laki dan perempuan, sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.” Sikap Yesus yang tegas akan sakralnya janji manusia di hadapan Allah dilunturkan oleh sikap ego, atau karena ketegaraan hati manusia. Karena itu, Yesus mengungkapkan kebenaran yang harus dihidupi dan ditaati oleh setiap pasangan suami-istri, yakni laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.”

Saat ini praktek orang-orang Farisi dihidupi oleh orang-orang Katolik saman ini. Karena ketegaran hati, ego masing-masing, ada oknum yang tega mengajukan permohonan perceraian. Dimana letak kesalahannya? Di mana penghayatanya akan janji suci di hadapan Allah, “mulai hari ini saya memilih engkau menjadi suami atau istri baik dalam suka maupun dalam duka? Kita sebagai umat beriman harus kembali kepada ajaran dasar Yesus Kristus: Tidak ada perceraian, suami-istri tidak boleh saling menceraikan pasangan dengan alasan apa pun. Karena perkawinan bukan rencana manusia tetapi rencana Allah, Allah sendiri yang menciptakan perkawinan. Rencana Allah adalah suami-istri saling melengkapi, menyempurnakan, menerima, mengasihi dalam membangun keluarga bahagia, keluarga sejahtera. Prinsip yang harus dimiliki adalah janganlah tegar hati tetapi teguh pada janji Allah ~ RP Martin Nule, SVD