Berharap Pada Yesus

IMAN MENUNTUT SUATU TINDAKAN KONKRIT

Selasa,  1 Feb 2022
2 Sam 189-10.14b 24-25a.30-19:3,  Mark 5:21-43

Tujuan dokter atau tabib memberikan obat kepada pasiennya adalah supaya si pasien mengalami kesembuhan dari sakit-penyakit yang dideritanya.  Untuk membeli obat diperlukan uang atau biaya, namun untuk mendapatkan kesembuhan ilahi  (mujizat)  dari Tuhan kita tidak perlu mengeluarkan uang, yang diperlukan adalah iman atau percaya dan berserah kepada Tuhan.

Tuhan sama sekali tidak membutuhkan uang kita karena Dia adalah si empunya segala-galanya.  Yang Ia cari dalam diri kita adalah iman kita.   Jadi syarat mendasar untuk menerima kesembuhan Ilahi adalah beriman 100% kepada Tuhan Yesus, sebagaimana yang Ia katakan,  “Jadilah kepadamu menurut imanmu.”  (Matius 9:29).  Sakit-penyakit apa pun tidak menjadi persoalan bagi Tuhan karena Dia adalah Dokter di atas segala dokter, Tabib yang ajaib.  Tuhan bukan saja mampu menyembuhkan segala jenis penyakit yang diderita oleh manusia, bahkan orang yang sudah mati sekali pun sanggup dibangkitkan-Nya.  Hal ini sangat jelas nyata dalam diri, dalam hidup kepala rumah ibadat yang sedang bergulat karena anak perempuannya yang meninggal itu.

Mujizat Tuhan pasti dinyatakan asal kita percaya dengan tidak bimbang.     Apa yang mustahil bagi manusia tidak mustahil bagi Tuhan!  Tanpa iman, kesembuhan Ilahi tidak akan pernah kita alami.  Kesembuhan Ilahi itulah yang disebut mujizat!  Jangan pernah berhenti percaya dan tetap nanti-nantikan Tuhan sampai Ia bekerja di dalam kita!

Kasih Allah itu jangkauannya universal tetapi bersifat pribadi. Besar kecilnya, rahmat Tuhan yang kita terima, tergantung dari seberapa besar iman kita kepada Tuhan. Iman kepada Yesus menjadi jalan kehidupan dan kesembuhan. Beralih dari kematian dan penderitaan karena sakit, tindakan iman dengan datang kepada Yesus membawa keselamatan.

Kisah kepala rumah ibadat dan seorang perempuan yang sakit pendarahan dua belas tahun lamanya menunjukkan betapa Yesus berkuasa atas penyakit dan kematian. Iman kepada Yesus dinyatakan oleh kepala rumah ibadat yang datang menyembah dan memohon belas kasihan Yesus untuk menghidupkan anaknya yang mati. Sesampai di rumah tersebut, suasana berkabung diubah Yesus menjadi sukacita (bdk. Yes. 61:1-3).

Iman yang sama juga terlihat dari kisah perempuan yang sakit pendarahan selama dua belas tahun lamanya. Keyakinannya atas kuasa Yesus yang membuat dirinya berani menjamah jumbai jubah Yesus membawanya kepada kesembuhan yang sempurna. Yesus tidak hanya menyembuhkan penyakitnya, tetapi juga mentahirkan dan menyelamatkannya dari penyakit dan pergualatan hidupnya selama ini. Kesembuhan yang dialami oleh perempuan itu, menyadarkan dan mau menunjukan kepada kita bahwasanya kita perlu mendekat dan mengarahkan hidup kita hanya kepada Yesus dengan iman yang mendalam.

Iman menuntun seseorang kepada sebuah tindakan konkret. Seperti kepala rumah ibadat dan perempuan yang sakit pendarahan mengalami kebuntuan atas persoalan hidup mereka. Di tengah-tengah kondisi yang pelik, mereka memilih mencari, berharap, dan beriman kepada Yesus yang pada akhirnya menghantar mereka kepada kehidupan. Mereka percaya bahwa Yesus adalah satu-satunya solusi yang dapat memberikan pengharapan dan penyembuhan  kepada mereka.

Problem kehidupan dapat menyebabkan seseorang kehilangan iman kepada Allah. Kita lupa bahwa Allah dalam Kristus mampu membawa kita keluar dari permasalahan yang ada, asalkan kita datang memohon dan berserah diri kepada Tuhan dengan iman yang teguh.

Tindakan iman seperti apa yang harus kita lakukan di tengah persoalan hidup yang menghimpit? Berserah kepada Allah karena pertolongan-Nya tersedia bagi mereka yang mencari wajah-Nya ~ Sr. Celestina Uduk FSE