Tuhan Tolonglah Aku (Selestina FSE)

TUHAN TOLONGLAH AKU

Selasa, 3 Agustus 2021
Bil. 12:1-13 dan Mat. 14:22-36

 

 Saudara/i yang terkasih
Hari ini kita disapa oleh Tuhan melalui injil santo Matius tentang Yesus yang berjalan di atas air.
Kata ke-pe-de-an sudah menjadi kata yang biasa digunakan walaupun tidak punya arti. Kata itu sebenarnya berasa dari kata percaya diri yang disingkat menjadi pe-de. Maka, ke-pe-de-an artinya terlalu percaya diri. Itu saya pastikan bukan bahasa Indonesia yang baik dan benar, tetapi begitulah kenyataannya dalam hidup sehari-hari bahwa kata ke-pe-de-an digunakan untuk menggambarkan sikap orang tertentu yang terlalu percaya diri. Bisa juga dihubungkan dengan overacting. Walaupun ke-pe-de-an bukanlah bahasa Indonesia yang baik dan benar, tetapi banyak orang yang sudah mengerti dan memahaminya sehingga menggunakannya dalam percakapan sehari-hari. Barangkali kata itu cocok ditempatkan untuk menerangkan sikap para murid, khususnya Petrus yang mendapat kunjungan Yesus sebagaimana dikisahkan dalam Injil hari ini.
Dalam Injil hari ini dikisahkan kehadiran Yesus menuju para murid-Nya yang berada dalam perahu. Perahu para murid sudah beberapa mil jauhnya dari pantai dan sedang diombangambingkan gelombang karena angin sakal. Tidak ada satu orang pun di antara murid yang mengundang Yesus saat perahu para murid itu mengalami gelombang. Yesus sendirilah yang berinisiatif untuk datang mengunjungi perahu yang ditumpangi para murid. Sebelumnya, para murid telah mengalami kebersamaan yang hangat dengan Yesus dalam acara makan bersama yang dinamai dengan pergandaan roti. Tetapi, ternyata belum jelas juga pengenalan para murid terhadap Yesus. Memang, jam tiga malam di tengah danau melihat sosok seseorang berjalan di atas air bisa jadi menakutkan. Tapi bukankah ini juga kenyataan yang sering kita hadapi dalam hidup kita saat ini?  Di saat kita berada dalam kegelapan dan gelombang yang dahsyat kita mengalami ketakutan. Anehnya, di tengah ketakutan itu, para murid justru ke-pe-de-an dengan menyebut Yesus sebagai hantu. Petrus pun yakin benar dengan pandangan group itu bahwa Yesus adalah hantu. Sehingga, ia berkata: “Tuhan, jika benar Tuhan sendiri, suruhlah aku datang kepada-Mu dengan berjalan di atas air.” Jika benar! Apa alasan Petrus untuk berkata jika benar? Yesus berkata: “Datanglah!” Tetapi, Petrus menjadi takut dan mulai tenggelam lalu berteriak: “Tuhan, tolonglah aku!” Yesus pun mengulurkan tangan-Nya dan menasihati Petrus. Ibarat para murid yang serempak mengeja kata di ruang kelas, begitulah kelompok para murid masih harus belajar untuk mampu berpasrah dan yakin pada sang Guru. Ke-pe-de-an ternyata sering terjadi karena terlalu percaya akan pandangan, penilaian dan kemampuan sepihak. Ke-pe-de-an bisa jadi adalah usaha untuk menutupi ketidakmampuan berpasrah dan menjadi hambatan untuk  menjadi objektif melihat sesuatu dan juga hambatan dalam beriman. Sikap demikian bisa jadi godaan orang beriman saat ini. Mengakui Allah sebagai penguasa tetapi   keyakinan pribadi menjadi topeng dan benteng pertahanan yang rapuh. Cepat atau lambat, itu akan membuat tenggelam. Sok kuat padahal rapuh adalah godaan generasi rebahan dan juga siapa saja yang ke-pe-de-an.
Saya merefleksikan tentang dahsyatnya doa, dengan referensi dasar adalah doa Petrus. Isi doa Petrus berhubungan langsung dengan tujuannya, yaitu permohonan. Ia berteriak: “TUHAN, TOLONGLAH AKU!” Doa ini diucapkannya saat ia hampir tenggelam. Petrus ragu-ragu, bimbang dan kurang percaya.
Kebimbangan dan ketakutan membuat kita berkecil hati, dan ini diakibatkan oleh lemahnya iman. Kita bimbang karena kurang percaya. Ingat!!! Imanlah yang melenyapkan kebimbangan jasmani saat badai kehidupan melandai hidup kita. Imanlah yang menjaga kepala kita tetap berada di atas permukaan air. Semakin kita percaya, semakin berkurang pula kebimbangan kita.
Kelemahan iman kita dan kuatnya kebimbangan sangat tidak disukai Tuhan. Memang benar bahwa Dia tidak akan mencampakkan orang percaya yang lemah, namun sama benarnya bahwa Dia tidak menyukai iman yang lemah, terutama dalam diri orang-orang yang terdekat dengan-Nya. Kisah Petrus  hampir tenggelam, karena Petrus gagal fokus. Ia berfokus pada dirinya sendiri, bukan pada Yesus. Orang yang berfokus pada dirinya sendiri akan selalu bimbang bahkan takut. Mengapa engkau bimbang? Apa alasannya? Kebimbangan dan ketakutan akan segera lenyap apabila kita percaya kepada Tuhan dan mengarahkan fokus kita hanya kepadaNya.
Saudara/i yang terkasih…… tidak bisa kita pungkiri bahwa hidup kita saat inipun sedang dalam gelombang lautan yang diombang-ambingkan oleh virus corona yang semakin meluas ini. Dalam suasana yang serba mencekam karena virus ini;  saya, anda, kita semua, mungkin bertanya, kapan akan berakhir situasi ini, dimanakah Engkau Tuhan,,,? Tanpa kita  sadari, dalam situasi ini, kitapun  tergoda untuk melihat dan berteriak seperti para murid  “itu hantu”.
Saudara/i yang terkasih, Mukzijat Tuhan itu sungguh nyata kita alami dalam hidup kita, saat ini juga asalkan kita mau berpasrah kepada Tuhan, menyerahkan seluruh pergulatan bathin kita kepada-Nya. Maka saudara/i, marilah kita menyerahkan semua kebimbangan dan keragu-raguan kita kepada Tuhan, sebab Dia akan mengulurkan tanganNya untuk menolong kita, yang dibutuhkan Tuhan dari kita adalah kepasrahan dan Iman yang teguh kepada Tuhan. Semoga kasih penyembuhan dari Tuhan senantiasa menyertai kita sekalian.  Amin.