HATI YESUS YAANG MAHAKUDUS
Konstitusi : Pasal 5 Nomor 78 – 80
Ul 7 :6 – 11; Mat 11 : 25 -30
Liturgi Gereja Katolik pada bulan ini merayakan satu hari raya besar dalam Gereja yaitu Hari Raya Hati Yesus Yang Mahakudus. Pertanyaan untuk kita renungkan bersama, mengapa gereja berdevosi kepada Hati Yesus Yang Maha Kudus?
Pada abad-abad awal Kekristenan belum ditemukan adanya bukti devosi yang secara khusus kepada Hati Kudus Yesus. Baru pada sekitar abad ke-11 dan 12 mulai berkembang devosi kepada luka-luka Yesus, khususnya luka di Hati Yesus. Hal itu dapat dilihat dari kutipan St Bernardus dari Clairvaux (1090-1153) yang mengatakan “Luka di sisi Kristus mengungkapkan kebaikan dan kasih hatiNya bagi kita.” Pada masa itu juga ditemukan madah pertama yang ditujukan untuk menghormati Hati Kudus Yesus yang ditulis oleh Beato Hermann Yosef (1140-1241) yang berjudul Summi Regis Cor aveto. “Salam Hati Raja Maha Tinggi dengan sukacita kumenghormatiMu mendekapMu menggembirakanku, sungguh menyentuh hatiku ketika Kau izinkan aku berbicara denganMu”
Kata “hati” adalah salah satu kata yang paling sering dipergunakan dalam alkitab. Banyak istilah yang mendefenisikan arti hati ini. Dan tentu diantara kita masing masing sudah pernah membaca dan merenungkannya. Hati cenderung digunakan untuk meyimpulkan siapa diri seseorang. Jika hati sedang tidak baik baik saja akan mengakibatkan efek negatif kepada sekitarnya dan sebaliknya. Pada intinya HATI menjadi sumber dan sarana untuk melakukan sesuatu. Hati, daya dan kasih mempunyai kaitan yang sangat erat dan berhubungan satu sama lain.
Kasih yang benar dan sejati merupakan suatu daya yang mengalirkan kesembuhan bagi diri sendiri dan orang orang “sakit”. Daya ksih itulah yang menggerakkan Pendiri Kongregasi FSE, memiliki kualitas hidup yang selalu berusaha menyembuhkan dirinya sendiri, saudara saudaranya dan orang orang yang dilayaninya. Menyembuhkan, bukan hanya untuk penderita sakit fisik, melainkan juga untuk orang yang menderita karena kebodohan, terpinggirkan, jatuh dalam dosa, kesepian dan miskin. Penyembuhan batin/hati tidak dapat dipisahkan dengan pengampunan. Digerakkan oleh kasih itu, pendiri menjadi pribadi yang suka damai, sehingga siap sedia mengampuni dan sebaliknya dengan rendah hati mau dan rela minta diampuni. Itulah sebabnya, setiap orang yang mau bertemu dengan pendiri, mengalami kesembuhan dan kegembiraaan. Oleh karena itu, seorang suster FSE sejati dituntut memiliki kualitas hidup yang suka damai, menjadi penyembuh bagi dirinya sendiri, saudara sekongregasi, sekomunitas, rekan kerja dan bagi orang orang yang dilayani serta mampu mengampuni dan sebaliknya dengan rendah hari rela minta maaf. Disinilah kita dapat melihat dan mengevaluasi diri kita… bagaimana daya itu telah menggerakkan kita… Bagaimana daya itu punya kekuatan dalam hati kita sehingga terpancar dalam tindakan sebagai penyembuh bagi diri sendiri, orang lain dan alam ciptaan.
Hati Yesus selalu memikirkan umatNya untuk melepaskan mereka dari maut dan menghidupi mereka dalam masa kelaparan. Kisah perjalanan cinta antara Allah dengan bangsa Israel sangatlah menarik untuk di renungkan. Ditengah kemurahan Hati Allah, bangsa Israel menanggapi dengan pikiran yang negative, memberontak dan tidak mempercayai Allah atau murka. Namun hal yang menarik adalah Allah tetap pada perjanjianNya yaitu menjadikan bangsa Israel sebagai bangsa pilihan Allah. Kata kata yang cocok “kamulah yang dipilih dan dikasih Allah” beginilah hubungan Allah dengan bangsa Israel. Hati Allah sudah terpikat kepada bangsa Israel bukan karena kehebatan tetapi karena komitmen akan perjanjian. Bangsa Israel mengalami kesembuhan yang berasal dari Allah karena kenurahan Hati Allah kepada mereka. Allah mengingini bangsa Israel menjadi bangsa yang setia pada peraturan dan perjanjian serta melakukan apa yang telah mereka sendiri terima dari Allah yakni menjadi seorang yang sudah sembuh dan akan menyembuhkan.
Hati yang lembut dan rendah hati mengundang kita untuk mengalami kelegaaan akan beban hidup yang kita hadapi. Satu kalimat bijak yang pernah saya baca bunyinya demikian “jika kamu ingin bahagia 1 jam, segeralah kekamar dan tidur, jika kamu ingin bahagia dalam 1 hari, tekunilah hobimu, jika kamu ingin bahagia selamanya, maka bantulah orang lain”. Kebahagian itu hanya bisa dialami secara totalitas ketika mampu membantu orang lain. Membantu bukan dalam hal materi tetapi membantu untuk mengalami kesembuhan. Seperti Yesus yang dirindukan oleh manusia untuk memperoleh kesembuhan itu, demikian juga halnya dengan kita menjadi penyembuh yang sudah disembuhkan. Kita selayaknya memiliki sikap kelembutan hati dan kerendahan hati itu sendiri. Mari kita menjadi pribadi yang “dirindukan”, pribadi yang sembuh dan pribadi yang menyembuhkan ~ Materi Rekoleksi Kongregasi FSE Juni 2023.