Santa Elisabeth dari Hongaria adalah seorang ratu yang bersahaja dan murah hati. Sejak kecil ia sudah ditunangkan dengan seorang raja. Pada usia remaja awal ia harus hidup sebagai puteri raja di istana calon suaminya yang mewah dan penuh dengan norma-norma kerajaan. Kebahagiaan bersama keluarga, kebebasan sebagai seorang anak dan remaja ia tinggalkan. Sebagai seorang ratu kehidupan Elisabeth sangat mewah, namun di tengah kegemerlapan hidup istana, ia tidak merasakan ketenangan dan kebahagiaan jiwa. Hatinya senantiasa terusik oleh kehidupan rakyat yang sangat menderita. Elisabeth sangat perhatian pada rakyatnya, maka secara diam-diam, ia sering mengunjungi rumah-rumah masyarakat dan merawat orang-orang menderita sakit.
Tindakan tersebut tentu sangat bertentangan dengan norma istana yang sangat bergensi dan penuh dengan batas-batas politis, namun kepekaan dan kekritisan Elisabeth tidak luntur, ia tidak mau tenggelam di alam situasi. Dengan berani dan tegas ia berani keluar dari batas-batas kerajaan, hingga akhirnya ia diusir dari istana.
Tergerak oleh kasih Kristus, Elisabeth memberikan seluruh dirinya bagi orang-orang sakit dan miskin serta mengidentifikasikan diri dengan mereka. Setelah melepaskan kedudukannya sebagai ratu dan meninggalkan hidup istana, ia menekuni hidup dan pelayanannya dalam cara hidup ordo ketiga sekular Santo Fransiskus dari Assisi.
Dalam mengikuti Kristus, hidup suster FSE di dasari juga oleh semangat Santa Elisabeth dari Hongaria. Santa Elisabeth menyerahkan dirinya kepada Allah dengan membaktikan seluruh hidupnya untuk membantu orang miskin, khususnya orang sakit. Cinta dan kepeduliannya kepada orang-orang miskin dan yang membutuhkan, menggerakkan hati Elisabeth untuk mengabdi, sekalipun untuk itu ia harus melepaskan tahta dan kemewahan lainnya. Santa Elisabeth adalah guru yang tidak mengajar, namun semangat dan teladannya senantiasa menjadi pengajaran bagi calon dan setiap suster ~ Sumber: Pedoman Pembinaan Suster FSE 2021