Saling Mengasihi

Mengasihi seperti Santo Fransiskus Assisi

 

Yohanes 15 : 9-17; 1 Yoh 3 : 19-24;
AD Ordo III Regular Psl 7 no. 23; Konstitusi Psl 2 no. 7 – 8

Kasih Yesus kepada kita diungkapkan dalam banyak cara. Apa saja yang Dia katakan atau lakukan bagi kita merupakan wujud kasih-Nya kepada kita. Bagi  orang Kristen, hidup mengasihi adalah sebuah keharusan / sebuah perintah yang mau tidak mau harus dilakukan. Tidak perduli karakter kita pendiam, periang, tegas, bahkan keras sekali pun, tetap kita  harus punya kasih. Bila dalam hidup kita, sama sekali tidak ada kasih, maka sudah dapat dipastikan bahwa kita bukan pengikut Kristus, sekali pun itu kita adalah seorang religius. Singkatnya, kasih adalah identitas kita sebagai pengikut Kristus yang sejati. Tanpa kasih, kita tidak bisa memiliki ikatan yang erat dengan sesama kita, dan terlebih penting lagi, kita tidak layak mendapat gelar murid di pandangan Allah.

Demi cinta kasih Allah, hendaklah saudara-saudari saling mengasihi, sesuai dengan firman Tuhan : inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. Dan hendaklah mereka menunjukkan dengan perbuatan bahwa mereka saling mengasihi. Yang satu hendaknya dengan leluasa menyatakan kebutuhannya kepada yang lain, agar yang lain itu mencari apa yang dibutuhkan yang satu itu, serta memberikannya. Berbahagialah mereka yang begitu mengasihi seorang yang sakit, yang karenanya tidak mampu membalas kasih mereka, sama seperti bila saudara itu sehat, dan mampu membalas kasih mereka (AD Ordo III Regular no. 23). Dan di atas semua, Santo Fransiskus Assisi bersaksi untuk menghormati semua orang, dia bersaksi bahwa setiap dari kita dipanggil untuk melindungi sesama kita, bahwa manusia adalah pusat ciptaan, di tempat di mana Allah Pencipta kita telah menghendaki yang kita seharusnya. Tidak pada belas kasihan dari berhala-berhala yang telah kita buat! Keharmonisan dan perdamaian! Fransiskus adalah seorang yang harmonis dan damai. Marilah kita hormati ciptaan, marilah kita tidak menjadi alat-alat kehancuran! Marilah kita hormati setiap manusia. Semoga di situ ada akhir dari konflik bersenjata yang menutupi bumi dengan darah; semoga bentrokan senjata berhenti; dan semoga di mana ada kebencian di situ ada kasih, di mana ada luka di situ ada pengampunan, dan di mana ada perpecahan di situ ada persatuan. Mari kita dengarkan teriakan semua orang yang menangis, yang menderita dan yang sekarat karena kekerasan.

Dalam konstitusi kita  no. 7 – 8 sangat jelas dikatakan kharisma kongregasi yang disuburkan dengan semangat, teladan dan ajaran Santo Fransiskus Assisi, melibatkan kita untuk secara dekat mengikuti jejak Kristus. Karena itu sambil mengikuti jejak Kristus yang tersaAlib, persaudaraan ini bertujuan membaktikan diri kepada perutusan Gereja, khususnya lewat usaha membuat anggotanya suci, dan lewat pelayanan kepada sesama teristimewa merawat orang sakit dan orang-orang yang memerlukan pertolongan. Karena itu kita bersedia membagikan kasih Allah kepada sesama dalam semangat pengosongan diri penuh kegembiraan, menyalurkan segala yang diberikan Tuhan kepada kita, terutama lewat pengabdian kepada yang menderita. Ditengah Zaman dan situasi seperti sekarang ini, kecendrungan manusia hidup egois, mementingkan diri sendiri, mau menang sendiri dan seterusnya, kebanyakan orang kini kehilangan hati nurani untuk berbuat baik. Apalagi yang disebut dengan “Kasih”, seakan-akan merupakan suatu kebodohan dan hanya sebatas obrolan doang. Kondisi seperti ini sudah menjadi kenyataan yang kita hadapi. Bagaimanakah kasih itu dapat kita wujudkan? Sadar kita atau tidak sadar, setuju atau tidak setuju, Yesus memerintahkan kita untuk mengasihi dan tinggal di dalam kasih-Nya. Tuhan mengasihi kita sebagaimana kita juga harus mengasihi sesama. Allah mengaruniakan Roh-Nya bagi kita untuk memampukan kita dalam melakukan kasih tersebut ~ Rekoleksi Suster FSE Bulan Oktober 2022.