Mengasihi Seperti Santa Elisabeth Hongaria

Mengasihi seperti Santa Elisabeth Hongaria

Renungan Rekoleksi Bulan Nopember 2022

Matius 25 : 31-46; 1 Petrus 1 : 22-25
Konstitusi Psl 6 no. 102-104;  AD Ordo III Regular Psl. 9 no. 31

Dalam cinta kasih yang Allah adanya, saudara-saudari semuanya, entah mereka itu berdoa entah melayani atau kerja hendaknya berusaha merendahkan diri dalam segala-galanya; janganlah mereka bermegah-megah dan merasa puas diri serta menyombongkan diri dalam hati atas perkataan dan perbuatan baik mereka; pada setiap tempat dan dalam keadaan apapun haruslah mereka mengakui bahwa segalanya yang baik adalah milik Tuhan Allah yang mahatinggi dan penguasa segala sesuatu; dari Dia berasallah segala yang baik, maka kepadaNya mereka harus bersyukur. (AD Ordo III Regular no 31).

Dalam berbagai kesempatan terkadang kita menghindari mereka yang demikian, padahal itulah yang paling Allah peduli. Yesus mengajarkan murid-murid-Nya untuk peduli kepada mereka yang lapar, haus, telanjang, dipenjara, orang asing dan yang paling hina. Bahkan Yesus menyebut hal tersebut sebagai syarat berkenan di hadapan Allah saat penghakiman terakhir tiba. Allah memanggil kita untuk mengasihi orang lain dengan kasih yang tidak mementingkan diri sendiri. Sebab dalam diri orang-orang sekarat, lumpuh, hina, tidak diinginkan dan tidak dikasihi-mereka itu adalah wujud-wujud penyamaran Yesus. Yesus berkata, “Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang saudara-Ku yang paling hina ini, kamu melakukannya untuk Aku.” Sebagai bentuk ketaatan kita kepada-Nya, marilah kita melakukan hal ini. Berbicaralah dengan lemah lembut kepada mereka. Tunjukkanlah kebaikan wajah, senyum dan kehangatan salam kita. Berikanlah sukacita. Pancarkanlah kasih yang nyata sebagi bukti bahwa Kristus berada dalam hati kita.

Dalam konstitusi no 104 dikatakan menurut norma cinta kasih injili cinta kasih kita harus diarahkan pertama-tama kepada orang-orang yang diutamakan oleh Kristus sendiri.

Dan sesuai dengan semangat pendiri serta suster-suster pertama, panggilan utama adalah melayani orang sakit dan menerita, yang jatuh ke dalam dosa, yang kesepian dan yang miskin. Tuhan mengajak kita seberapa besar kita mengasihi Tuhan dalam kegiatan bersama saudara. Dikatakan bahwa orang yang suka memberi kasih kepada sesama sama seperti menjamu malaikat-malaikat surga. Tuhan menghendaki kita meyatakan kasih kepada orang-orang di sekitar dan harus di praktekkan atau di wujudkan. Ketika kita berbuat baik, memberi makan orang lapar, melawat dan mengunjungi orang yang menderita, sama artinya kita melakukan itu semua untuk Tuhan. Ini jugalah yang menjadi motto hidup kita sebagai FSE. Melawat dan menyalurkan kasih yang kita terima secara Cuma-cuma dari Tuhan dan merupakan harapan Tuhan kepada kita. Secara normal, tentunya semua orang merindukan suasana kehidupan damai. Memberitakan Injil berarti kita menghormati, peduli, dan mengasihi sesama dalam konteks hidupnya. Injil Kristus sebagai kabar baik harus menjadi suatu kabar yang meneguhkan harkat dan martabat kemanusiaan. Karena itu kita selaku gereja menolak dengan tegas setiap sikap/tindakan yang melecehkan orang lain, penindasan dalam bentuk apapun, kekerasan fisik atau mental, sikap pengabaian kepada orang yang menderita, dan eksploitasi manusia dalam berbagai sistem. Tugas memberitakan Injil berarti kita membuka setiap sekat dan belenggu, sehingga tercipta suatu ruang kasih yang berbela-rasa. Meneladan Kristus yang menjadi sahabat bagi sesama dengan menabur kasih Allah dan memberitakan injil Kristus kepada dunia.” Jika demikian, apakah kita telah meneladan Kristus yang menjadi sahabat bagi sesama, sehingga kita terpanggil menabur kasih Allah, dan memberitakan Injil Kristus kepada dunia?