KUALITAS HIDUP PENUH SYUKUR
1 Kor 6: 19 – 20
Kita semua pernah merasakan bagaimana bahagianya ketika orangtua kita merayakan hari ulang tahun kita dengan penuh sukacita, mereka beegitu bersukacita dengan pertambahan usia kita 1 tahun. Pada saat itu orangtua, atau mereka yang menyayangi kita memanjatkan doa semoga dengan pertambahan usia kita yang 1 tahun, kiranya bertambah pula-lah kadar iman kepercayaan kita kepada Tuhan. Seriap manusia dibumi ini, tidak ada yang bisa memprediksi pada usia berapa dia akan kembali kepada sang pencipta-Nya. Kalau menurut pikiran manusia, maunya umur panjang dengan kondisi tubuh yang selalu sehat, pemeliharaan kesehatan yang baik, uang yang cukup, dan pikiran yang tenang. Itulah menurut ukuran pikiran manusia, tetapi bagaimana dengan ukuran Tuhan?
Dalam surat pertama Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus 6 : 19 – 20 dikatakan: tidak tahukah kamu bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri, sebab kamu telah dibeli dan harganya lunas dibayar, karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu. Memuliakan Allah tampak ketika seseorang itu memiliki hidup yang berkualitas. Ada sebuah kisah menarik yang mungkin bisa menjadi refleksi atau inspirasi bagi kita.
Dalam sebuah acara reuni, beberapa alumni menjumpai guru sekolah mereka dulu. Melihat para alumni tersebut ramai-ramai membicarakan tentang kesuksesan mereka, guru tersebut segera ke dapur dan mengambil seteko kopi panas dan beberapa cangkir kopi yang berbeda beda.Mulai dari cangkir yang terbuat dari kristal, kaca, melamin dan plastik. Guru tersebut menyuruh para alumni untuk mengambil cangkir dan mengisinya dengan kopi.
Setelah masing-masing alumni sudah mengisi cangkirnya dengan kopi, guru berkata, “Perhatikanlah bahwa kalian semua memilih cangkir yang bagus dan kini yang tersisa hanyalah cangkir yang murah dan tidak menarik.””Memilih yang terbaik adalah wajar dan manusiawi. Namun persoalannya, ketika kalian tidak mendapatkan cangkir yang bagus perasaan kalian mulai terganggu. Kalian secara otomatis melihat cangkir yang dipegang orang lain dan mulai membandingkannya. Pikiran kalian terfokus pada cangkir, padahal yang kalian nikmati bukanlah cangkirnya melainkan kopinya.”
Dari Kisah ini kita boleh belajar supaya jangan pernah membiarkan cangkir mempengaruhi kopi yang kita nikmati. Cangkir bukanlah yang utama, kualitas kopi itulah yang terpenting, barang-barang mewah, karisr yang baik, intelektual yang diatas rata-rata, keberhasilan dalam pelayanan atau pekerjaan, bukanlah jaminan kebahagiaan. Kualitas hidup itu ditentukan oleh apa ada yang ada didalam, bukan apa yang kelihatan diluar.
Apa gunanya kita memiliki itu semua, tetapi kita tidak pernah merasa damai, sukacita dalam hidup ini? Sementara secara istimewa kita mendapatkan panggilan khusus menjadi mempelai Kristus. Tentulah kita tidak ingin seperti itu bukan??? Sebab kalau sampai itu terjadi, berarti kita sama saja seperti menikmati kopi basi yang disajikan disebuah cangkir Kristal yang mewah dan mahal. Kunci menikmati kopi bukanlah seberapa bagus cangkirnya, tetapi seberapa bagus Kualitas kopinya.”
Orang yang berkualitas tidak pernah lupa untuk bersyukur dalam segala hal. Berikut ini adalah pengalaman seseorang tentang hidupunya, ia berkata: “ saya selalu mengeluh bahwa saya tidak memiliki sepatu baru, sampai akhirnya saya bertemu dengan seseorang yang tidak memiliki kaki, saya selalu mengeluh dengan makanan yang tidak saya sukai, sampai akhirnya saya bertemu dengan seseorang yang mengais makanan karena kelaparan. Saya selalu mengeluh dengan rumah saya yang kecil sampai akhirnya saya bertemu dengan seseorang yang terlelap dipinggir jalan yang ramai”. Para suster yang terkasih, tanpa hati bersyukur, kita tidak akan pernah hidup tenang. Beban yang terbesar dan membuat jiwa sangat tertekan ialah kebiasaan kita yang suka mengeluh.
Manusia sangat mudah tenggelam dalam keluhgan karena terlalu membesar-besarkan kelemahan dan kekurangan dirinya, sehingga dia tidak pernah melihat begitu banyak berkat yang diperoleh yang seharusnya pantas disyukuri. Pemikiran manusia itu cenderung kurang menghargai apa yang dimilikinya. Mereka lebih suka memimpikan taman mawar di istana raja, daripada menikmati mawar yang sedang mekar di luar jendela kamarnya. Artinya manusia cenderung kecil hati melihat” penanpilan lebih yang trlihat dari orang lain daripada mengagumi apa yang pasti dimilikinya sendiri.
Orang yang memiliki kualitas hidup yang baik tidak pernah membanding-bandingkan diri dengan orang lain. Ketika orang kurang bersyukur, maka akan mudah untuk iri hati. Itulah yang semakin membuanya terpuruk. Rasa syukur yang besar tidak akan terjadi kalau tidak dimulai dari kemampuan bersykur atas segala hal-hal yang kecil. Mari kita miliki hati yang bersyukur dengan belajar mengagumi hal-hal sederhana yang kita miliki sebagai anugerah Tuhan. Mari kita terima dan nikmati hidup ini apa adanya, dan bukan ada apanya. Maka kita pasti akan bahagia. Jika kita memiliki hati bersyukur, seluruh dunia ini tidak bisa membuat kita bahagia, itulah prinsip bijaksana menuju kebahagiaan.
Ketika kita memiliki hati yang brsyukur, maka kita tidak akan pernah terguncang oleh persoalan yang serumit apapun, melainkan dalah setiap kesulitan itu, kita akan semakin terampil menemukan sesuatu yang positif dalam peristiwa rumit itu. Ketika kita mampu bersyukur berarti kita telah menjadi hadiah bagi diri sendiri dan orang lain. Mari kita ingat sejenak saat-saat yang membahagiakan ketika kita mendapat hadiah baik dari keluarga, sahabat, atau siapapun yang mengenal dan menyangi kita. Menyenangkan bukan???
Kita semua diciptakan serupa dan segambar dengan Tuhan yang adalah sang pemberi hadiah. Maka kualitas kita akan semakin bersinar saat kita mampu memberikan diri sendiri dengan penuh cinta seperti yang telah dilakukan Tuhan kepada kita. Dalam pengalaman saya selama saya masuk dibiara ini, hal yang paling istimewa dalam hidup ini adalah perjuangan untuk sungguh menjadi hadiah bagi diri sendiri, dan bagi orang lain, terutama bagi Tuhan yang telah terlebih dahulu menghadiahkan diri-Nya bagi kita manusia.
Kita meski sadar bahwa Tuhan, juga merupakan Tuhan yang menerima tanpa batas, tuhan menerima diri kita masing-masing sebagai hadiah setiap detik dalam keseharian kita. Dalam kegembiraan dan kesusahan, dalam keegoisan dan cinta diri, dalam keinginan dan kesenangan, dalam doa dan dalam usaha-usaha kita yang gagal untuk berintimasi dengan –Nya. Bahkan dalam kesalahan kita untuk memahami Tuhan, Ia selalu menerima kita. Dia menerima kita deng seluruh situasi dan keadaan kita.
Oleh karena itu kita mencoba belajar agar tidak hanya menjadi hadiah, tetapi juga untuk menerima oranglain sebagai hadiah. Marilah kita memohon rahmat Tuhan supaya kita mampu memberikan diri kita dan menerima orang lain serta menerima Tuhan sendiri sebagai hadiah istimewa kita. Semoga hidup kita sedikit berguna dalam menjadikan sekitar kita atau bahkan dunia ini sebagai “istana hadiah” bagi setiap orang yang tinggal didalamnya.
Jadilah matahari, jadilah cahaya tanpa pilih kasih. Jadilah bulan, dalam keadaan gelappun haruslah tetap memandu dalam kelembutan. Jadilah bintang yang menuntun, mengarahkan, tanpa mengharapkan balasan. Jadilah bumi, berjiwa besar dengan tekad yang bulat. Jadilah air, mengalir terus tanpa henti. Jadilah api yang membakar habis ego dan menjelma kesadaran baru sebagai pelayan. Jadilah angina dapat bekerjasama dengan siapapun tanpa menggadaikan jiwa. Dan jadilah samudera, luas pengetahuannya, luas pandangannya dan luas hati dan jiwanya. Tuhan Yesus memberkati ~ Sr.M. Angela Pandiangan FSE