Identitas FSE

Spiritualitas Hidup FSE

A. Semangat dan Motto FSE

Kekayaan Spiritualitas dan khazanah hidup FSE terungkap dalam motto: “Ketika Aku sakit kamu melawat Aku” (Mat.25:36), semangat yang menekankan lawatan hati. Pendekatan dan tindakan medis tidak diabaikan, namu inti kehidupan dan pelayanan kongregasi adalah lawatan hati dan sentuhan jiwa. Lawatan hati digerakan dan dikuatkan oleh daya yang berasal dari Allah. Dalam motto kongregasi terkandung kharisma yang membakar jiwa para suster FSE dan yang menggerakkan mereka dalam segala aspek kehidupan (cara hidup, pelayanan relasi dengan Tuhan, hidup bersama. dll).

B. Kharisma FSE

Kharisma FSE yang tersirat dalam motto kongregasi adalah Daya kasih Kristus yang menyembuhkan orang-orang kecil dan menderita sampai rela wafat di kayu salib (Statuta 2.1). Kekayaan dan kedalaman kharisma diuraikan dalam 4 (empat) pilar kongregasi yaitu kasih, penyembuhan, mengutamakan orang-orang menderita dan salib.
  • Kasih

    1. Segala sesuatu berasal dari Tuhan dan oleh karena itu adalah milik Tuhan. Sebagai ciptaan yang terbatas.

      Atas dasar ini suster FSE menyadari diri sebagia manusia lemah, yang dari dirinya sendiri tidak mampu berbuat apapun, kecuali dimampukan oleh Tuhan. Segala sesuatu adalah rahmat kasih Tuhan, maka panggilan suster FSE adalah hidup dengan rendah hati di hadapan Allah, takwa dan senantiasa menimba kekuatan dari kasih Kristus. Hidup dan pelayanan FSE mengalir dari kasih, oleh kasih dan demi kasih Allah, sehingga seluruh hidup FSE merupakan ungkapan kasih Allah (Konstitusi 6). Kekuatan kasih Kristus memampukan dan menggerakkan suster FSE melakukan kehendak Allah.
    2. Kasih tidak mengharapkan imbalan. Tindakan kasih dilakukan karena kasih itu sendiri, tanpa matof apapun selain motif kebaikan. Kasih yang benar dengan sendirinya mengalir ke luar, maka pada hakekatnya kasih adalah berbagi. Kebahagiaan kasih adalah berbagi kasih kepada mereka yang membutuhkan, tanpa membeda-bedakan. Seperti Yesus senantiasa tergerak oleh belas kasih. Mat 14:14, Luk 7:15) demikian para suster FSE senantiasa digerakkan oleh kharisma kongregasi.
  • Penyembuhan

    1. Tujuan pelayanan FSE adalah membawa kesembuhan yakni kondisi kehidupan yang baik, sehat dan seimbang. Kekuatan kasih yang berasal dari Allah mengalirkan kesembuhan bagi orang-orang sakit, baik jasmani maupun rohani, sebagaimana kuasa itu mengalir dan menyembuhkan perempuan penderita sakit pendarahan yang menjamah jumbai jubah Yesus (Luk 8:43-48). Dengan kharisma, FSE memiliki dalam dirinya daya penyembuh ilahi, yang dengannya para suster menjadi penyalur kebaikan. bagi saudari sekongreegasi maupun bagi orang-orang yang dilayaninya. Akan tetapi para suster FSE hendaknya pertama-tama mengalami penyembuhan ilahi dalam dirinya sendiri, dengan demikian bisa menjadi penyalur penyembuh kepada orang lain.
    2. Kesembuhan ilahi meliputi kesehatan fisik, mental, sosial dan terutama kesembuhan rohani. Salah satu aspek mendasar dalam kesembuhan dan penyembuhan adalah pengampunan. Setiap manusia memiliki kelemahan dan keterbatasan. Maka kesalahan adalah bagian dari kehidupan. Para suster FSE berusaha setiap saat untuk mengampuni dengan tulus dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Sebaliknya, dengan keinginan untuk semakin berkembang dalam Kristus para suster hendaknya terbuka melihat kesalahan dan kelemahannya, menyadarinya, kemudian dengan rendah hati meminta pengampunan baik kepada sesama saudari maupun kepada orang-orang yang dilayani (AD III Reg.21, bdk Mat 5:24; 18-35). Dengan kesalahan dan kedosaannya, para suster dengan rendah hati dan kesadaran penuh memohon rahmat pengampunan dari Tuhan (Konstitusi 15)
  • Mengutamakan orang-orang menderita

Kharisma kongregasi mengutamakan orang-orang yang menderita diutamakan Kristus (Konstitusi 104), yakni orang kecil yang menderita dan membutuhkan pertolongan. Kristus mengidentifikasikan diri dengan orang-orang miskin dan menderita. Atas dasar ini opsi pada orang kecil dan menderita memiliki dimensi transendental, sebab “segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudaraku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku” (Mat 25:40).

Pelayanan para suster dimaksudkan pertama-tama untuk kesembuhan orang yang menderita sakit, tanpa mengabaikan pemeliharaan agar orang yang sehat tetap dan semakin sehat. Para suster melayani sebagai hamba yang hanya melakukan apa yang seharusnya mereka lakukan (Luk 17:10). Kasih Allah disalurkan dalam semangat inkarnasi dan pengosongan diri (Konstitusi 8) kepada orang yang membutuhkan. Maksudnya adalah untuk memulihkan mereka yang sakit, membersayakan oang yang tak berdaya dan disingkirkan serta membantu orang keluar dari penderitaannya (bdk GS 69). Dengan memberi prioritas kepada orang miskin dan menderita kita pergi turun ke pinggiran dan meninggalkan zona aman (GE 179) sebagaiman St, Fransiskus Assisi hidup dalam kedinaan, demikian halnya kehidupan suster FSE digerakkan ddan dijiwai ileh kedinaan dan kerendahan hati dan dihayati dalam kesederhanaan.
  • Salib

Kasih, sebagai pemberian diri hanya bisa dibangun dengan pengorbanan, seperti Yesus yang tersalib telah menjadi korban demi kesembuhan manusia. Membagikan kasih penyembuhan Kristus kepada orang lain juga menuntut sebuah pengorbanan.
Salib adalah derita yang dialami bukan karena kesalahan sendiri atau demi kepentingan diri sendiri, melainkan demi kesembuhan dan kebaikan orang lain. Salib adalah pengosongan diri bukan pemenuhan diri sendiri. Maka, suster FSE melakukan sesuatu bukan pertama-tama untuk diri sendiri melainkan bagi orang lain yang sedang membutuhkan kesembuhan.
Suster FSE mengidentifikasikan diri dengan Yesus yang rela menderita sampai wafat di salib demi keselamatan orang lain, dan oleh karena itu hidup dijiwai oleh semangat berkorban (spiritualitas salib). Salib merupakan jati diri FSE.

C. Identitas FSE

Tujuan akhir pembinaan adalah menjadi FSE yang menunjukkan identitas sebagai orang yang bersatu dengan Allah, tidak menyia-nyiakan daya kasih Kristus, dalam bentuk pelayanan yang menyembuhkan orang-orang kecil, sakit dan menderita, seturut hidup peniten rekolek.
Tuhan adalah sumber dan tujuan hidup manusia. sebagai seorang beriman para suster FSE menyadari bahwa seluruh

hidupnya berasal dari Allah dan tergantung padaNya, hingga pada akhirnya seorang mengalai kesatuan penuh dengan Allah. Kesatuan dengan Allah sudah mulai dialami dalm hidup sehari-hari, namun akan sampai pada kepenuhannya pada akhir zaman. Kesatuan Allah dengan manusia adalah kesatuan kasih, seba manusia sendiri adalah buah kasih Allah Tritunggal (Teologi Fransiskan – Bonaventurian melihat seluruh ciptaan merupakan jejak kasih Allah Tritunggal Mahakudus. Allah Tritunggal disatukan oleh kasih, kasih itu hanya menjadi sempurna kalau dibagikan kepada orang lain, dalam hal ini ciptaan). Allah menghendaki kasih yang diberikan kepada manusia itu tidak sia-sia tetapi membuahkan kasih.
Kasih yang berbuah adalah kasih yang dibagikan dan disalurkan. Buah kasih adalah berbagi kasih. Suster FSE membagikan kasih Allah yang ia terima kepada orang lain melalui pelayanan dan penyembuhan. Orang yang membutuhkan pelayanan kasih yang menyembuhkan adalah orang yang sakit, baik sakit secara fisik (pasien), sakit secara spiritual (kehilangan semangat, iman lemah, tanpa pegangan hidup), sakit secara sosial (sendirian, disingkirkan, tanpa teman atau keluarga), sakit secara akademik (butuh pendidikan, mengalami pembodohan) dan berbagai penyakit lain yang membuat orang menderita dan tidak bahagia. Kasih itu menyembuhkan (Mat. 20:34).
St. Fransiskus Assisi sejak awal menyebut pengikutnya penitent, para pentobat. Dengan sebutan ini, sang santo menegaskan kepada para poengikutinya betapa pentingnya pertobatan terus menerus dalam hidup.  Sebagai pengikut St. Fransiskus Assisi, Suster FSE hidup sebagai peziarah yang menghayati pertobatan terus menerus (penitent) – Konstitus 3:8-9. Sebagai penitent, para suster FSE hidup dalam pertobatan jiwa dan askese. Pertobatan jiwa menuntun orang untuk menciatai Allah dan sesama, yang antara lain terungkap dalam karya amal dan karitas. Dengan askese para suster hidup dalam mati raga yang mengalahkan dosa kedagingan dengan mendisiplinkan tubuh dan memurnikan rasa.
Pertobatan terus menerus dihayati dalam semangat rekolek (recollets), yakni menyatukan segala pikiran dan rasanya dalam doa, kontemplasi dan meditasi. Maka penitent rekolek menunjuk pada hidup suster FSE sebagai pentobat yang berdoa, hidup yang digerakkan oleh semangat doa dan samadi, pengabdian dan pengorbanan, tapa dan matiraga ~ Sumber: Pedoman Pembinaan Suster FSE Tahun 2021